Senin, 28 Juni 2010

kata kata hati

Hati tetap terekpresikan.Smoga teduhkan jiwa.
Mewujudkan segala rasa dalam bahasa.

Malam gelap tanpa bintang dan rembulan.
Masih kata kata yang sama,
Puisi kemarin…

Perjalanan pena dan jemari yang tiada henti.
Diantara kata kata yang hitam dan kelabu.
Masihkah terselip putih…?

Terlantun kidung jiwa yang mengalun.
Terukir kata dalam sisa asa.
Diantara hembus nafas,
Berharap cemas…

Bayangan wajah dalam cermin masih lusuh.
Dalam kanvas semakin memudar.
Namun ta’kan mati karna itu.

Diantara senja lalu rintihan malam.
Terlukis satu puisi yang singkat.
Dengan kata kata usang.
Memanja pena.

Sedih yang tak terperikan.
tak peduli…

Minggu, 27 Juni 2010

Tegar

Sejuta rangkaian kata kata dalam lembar lembarmu.
Adalah suara hatimu yang mengalir deras.
Bukan metafora atau permainan imajinasimu.
Pun ada sepi dan luka dihatimu,
Bukan kau tutupi dan berpura pura.
Karna ku tau engkau “tegar”
Seperti namamu.
Kesunyian dan hampa bukan alasanmu lemah.
Kesakitan dan sesak bukan alasanmu terhempas.
Kau tetap berjuang sehebat angin berikan kesejukan.
Ketika tarian jemarimu tak ada,
Kau bukan kalah atau bersembunyi.
Kau tetap ada dengan semangat hidupmu,
Yang tak bisa kutandingi….

Barisan kata kata yang memenuhi buku diarymu.
Adalah perjalananmu yang menjadi inspirasi.
Kau bertahan dalam dera cobaan.
Tak gentar akan badai yang bisa meluluhlantahkan.
Kau tetap tegak berdiri.
Engkau tegar,…..
Semangatmu tetap menggelora dalam langkahmu.
Sekalipun ada sedih, sakit dan takut.
Kau tak pernah berkabut….
Waktu terus berjalan seiring tarian jemari dan penamu.
Kau hadapi cobaan dan keletihan dengan keyakinan.
Kau syukuri keadaan dengan iman tulusmu…..

Ada yang tidak bisa kubaca dalam goresan kata katamu
Namun kumengerti dan kusadari.
Bahagialah sahabat…..

Kamis, 24 Juni 2010

goresan kecil sahabat

semalam disaat pekat masih memanjaku dipembaringan yang khas dengan aroma obat,
yang menyengat. Aku termenung… sebuah pesan singkat dari salah satu sahabatku.
“gmana kondisimu yans, sudah baikan kan? Maaf, ada sesuatu yang ingin aku kasih tau ke kamu.yans, salah satu sahabat kita juga sakit.dia menelponku sambil menangis. Sungguh penyakit yang cukup membuatku kaget dan prihatin.dan kita sebagai sahabat,
Kita harus buat dia yakin bahwa dia mampu dan bisa sembuh.
Satu kuminta darimu,Yans. Jaga juga kesehatan.jangan sepelekan…”
ternyata sakitku ini tak seberapa.dibanding apa yang dialami dia. Satu nama yang pernah bertahta dihatiku dan kujadikan kini sebagai sahabatku. dan ini bukan kemalangan. aku percaya ini bagian dari kasih sayang Tuhan.
Tak terasa tetes air mata mengalir di pelupuk mata.bukan karena aku cengeng.tapi inilah Pelajaran atas hidup ini.Membuatku harus mampu terus menyelami arti hakiki hidup ini.
Lagipula bagaimana mungkin aku tidak menangis.Sekalipun ini bukan tangisan luka,Tapi sedih mendapatkan kabar tentang keadaan salah satu sahabatku itu. Dan haru serta bahagia karna aku memiliki seorang sahabat lainnya yang begitu sangat peduli padaku.

Ya Allah, aku mohon pada-Mu.dengarkanlah Doa dan pintaku.
Berikanlah kekuatan dan kesembuhan,
Berikanlah kesehatan dan kebahagiaan untuknya.
dia sebuah nama yang pernah ada dihatiku…
Biarlah gelap masih meyelimutiku.mega mendung masih menutup mentari.
Tak peduli walau pagi nanti,aku masih disini.
Sekalipun terbangun masih dalam keletihan dan rasa sakit…
Ya Allah, sahabatku adalah ragaku.dia yang pernah mengisi hariku.
Mendengarkan keluh kesahku.dia tempatku berbagi.
Aku mohon, Ya Allah….

Ingin kuciptakan sebuah puisi buat senja yang setia pada langit.
Dengan ketulusan warna warni indahnya.
Aku masih mengingatnya.
Dalam setiap lembar lembar kenangan yang kumiliki….
Tak bermaksud apa apa,
Hanya mencoba mengerti apa itu kenangan…

Sahabat,
Tidakkah kau tau.
Mungkin kesunyian sama sama kita miliki.
Tapi ketegaran dan ketabahanmu,
Tak bisa kutandingi….
Masih kuingat bisikan dan tawa yang melantun dari bibir kita.
ketika bulan tawarkan redup.ketika mentari tawarkan terik,
ketika langit tawarkan aneka warna.
Engkau tetap tegak….
Masih kuingat keteguhan dan keyakinanmu hadapi sgala hal.
Kekokohan dan semangatmu mengalahkan kepedihan apapun.
Senyummu tetap menawan….

Sahabat,…
Aku adalah lelaki biasa yang mungkin tak berarti.
Aku adalah segaris kenangan dalam kanvas hidupmu.
Aku tak mampu menjadi bintang terang diantara ribuan cahaya,
Yang berlomba menyinarimu…
Aku bukanlah mentari yang mampu menghangatkanmu.
Aku hanya sepotong kenangan masa lalu…

Wahai sahabat,
Tak ada yang mampu kuberi dan kuperbuat,
Selain Sebait doa.
Berharap esok hari kau dapatkan yang kau harapkan.
Kau terbangun dengan senyum menawanmu.
tetaplah ada wajah ceriamu.
senja.....


• Note ini aku buat tanpa tanda,karna kita sudah sama2 tak memerlukan tanda itu.
• note ini aku buat,bukan tuk mengajaknya kembali membuka lembar lalu yang kan jadi benalu dalam kehidupan kita masing masing.
• Note ini hanya sebuah ungkapan,sebuah harapan.hanya sebuah goresan dan doa kecil,
• Smoga sahabatku,cepat sembuh, ceria dan bahagia slalu…

Senin, 21 Juni 2010

suaraku dalam kata kata

Aku telah memilih lembar ini menjadi tempatku bercerita.
Ini bukan pilihan ahir,bukan jalan buntu hidupku.
Suaraku sedang tidak dikenali….

Kubiarkan Tawa danTangisan menjadi sebuah goresan
Pedih menemani laraku menjadi tulisan.
Keletihan hati jadi kata kata.
lalu kesepian jiwaku menjadi bait bait puisi....

Kuakui kiasan kata tak dapat tutupi luka
Keindahannya tak menggeser sepi.
luka,…
Biar kubalut sendiri luka didadaku ini.
pun saat gerimis meringis,
Masih tak kuasa menahan tangis

Masih terselip sebuah pesan dalam ingatanku.
pesan indah sahabatku....

"Kesedihan dan luka itu tidak akan bertahta…"

Memang suka dan duka adalah pasangan dari kehidupan
Tangan seakan tak sanggup lagi menggenggam asa.
Hanya sentuhan dan pelukan kosong…
Pikiranku berjalan berlari hingga kehilangan waktu
Aku egois karena kemunafikanku.
Aku melupakan diri…

Minggu, 20 Juni 2010

bebas

Aku hanya menginginkan sedikit kebebasan.
Bebas melukis apa yang ada dibenakku.
Mengukir apa yang kuingin.
Bebas berekpresi…
Jika aku menangis,biarlah menangis.
Memecah hening,
Meruntuhkan kesepian….

Aku hanya menginginkan sedikit lagi waktu.
Memahami hati dengan hati.
Kugoreskan,..
Aku akan tetap menggoreskannya.
Sebebas jemari menari…
Jika itu bahagia,takan kuganti dengan kata lain.

Biarkan aku seperti ini ikuti gerak waktu.
Kesedihan tak perlu dihindari.
Tawa riang akan ada,
Ketika kesejukan hadir….

Jiwaku,
Hati dan desah nafasku.
biarkan tetap menjadi tulisan…

Jumat, 18 Juni 2010

sebuah nama

Apakah catatan kecil ini akan terbaca olehmu
Atau kau merasakan apa yang kurasa.
Aku tak’an melupakanmu…

Gelak tawa gelegar suaramu masih terdengar.
Seiring kuingat lekat kisah kita.
Singkat tapi bermakna….

Senyumanmu slalu kukenang dalam hatiku.
Seiring kuikhlaskan engkau pergi,
Pulang kepangkuan Illahi…

Ya Tuhan
Dengarkanlah Doaku.
Berikanlah slalu kedamaian untuknya…

Untuk sebuah nama yang yang masih ada.
Dalam ingatan dan kenanganku…

Sahabat, dulu kita slalu berbagi cerita.
Dalam menggapai asa.
Dalam suka,
Duka dan luka sekalipun…

Engkau telah pergi ratusan hari yang lalu.
Kau titipkan impian dan harapan.
Dibatas ahir hidupmu,
Yang kau pikir terlambat menyadarinya,
Kau ungkap penyesalan….

aku masih selalu mengingatmu.
ceritaku,puisiku dan Doaku.
Untukmu……


*** Note ini adalah apresiasi yg aku dedikasikan buat sahabatku yg tlah menjadi korban peredaran gelap Narkotika dan Psikotropika.***

asa dan cinta

aku mengenangmu

Tepukan hangat dipundak ini masih kurasakan.
Luka lara serta tangisku kau hapus.
Getaran suara lembutmu masih terdengar.
Dalam bayangan rekah senyummu masih utuh.
Ketulusan,itulah yang kau beri…

Sejuk mengalir dalam tubuhku,mengenangmu.
Sahabat, kupercaya inilah takdir.
Kisah kecil kebersamaan kita adalah saksi,
Aneka warna yang hiasi alur algoritma hidup kita.
Terik dan sejuk adalah biasa…

Kuselipkan Doa dalam rinduku,
Padamu…

Keindahan terindah persahabatan kita kan tetap ada.
Tak’an pudar oleh waktu.
Catatan catatan kita mungkin telah kusam.
Dalam buku hidup milik kita.
Namun tentangmu,
Utuh indah dilubuk hati…

Sahabat, dalam nafas terhembus aku ucap,
Smoga kau slalu damai disana….


*note ini sebagai bentuk apresiasi yang aku dedikasikan Tuk sahabatku yg tlah damai disisi Tuhan.
Sekedar tuk mengenang empat tahun kepergiannya.
dan aku,...keindahan persahabatan
denganya masih utuh kumiliki.sekalipun tinggal dalam kenangan...….*

Rabu, 16 Juni 2010

doa palestina

Irama musik yang terdengar adalah suara pesawat tempur.
Kembang api yang menyala dinegerimu,
Percikan sinar misil Israel.
Ini bukan pesta…

Anak anak berlari keringat membanjiri tubuh.
Berteriak nyaring bukan memohon.
Meminta belas kasih Israel.
Teriakannya adalah doa.
Dari ketakutan yang menjadi keberanian.
Kelemahan menjadi kekuatan…

“Kami tidak pernah takut.esok hari masih milik kami.
Gaza dan juga negeri ini..”

Jeritan dan teriakan kalian,
Terdengar terbawa angin pada kami.
Cuma Doa sebagai senjata untuk kalian kami beri.
Ya Allah…..
Berilah mereka kekuatan.
Sucikan palestin dari noda zionis.

Allahu Akbar…Allahu Akbar…Allahu Akbar,terus berjuanglah,
sampai kemerdekaan kalian raih.
Amin…..!

Selasa, 15 Juni 2010

satu goresan

Mungkin hatiku hanya selembar daun yang melayang jatuh,
Terkulai lemah dirumput.
Lalu kering,
Tersobek sobek oleh gempuran angin.
Hilang tak berbekas.
Taman yang indah setiap pagi seperti tersapu
Tinggal ilalang melambai letih.
Berahirkah perjalananku?

Aku curahkan semua melalui kata kata dilembar ini.
Mungkin ia adalah wakil dari suara hati,
Yang tertahan sesak.

Jika ini adalah badai yang dapat menjungkirbalikkan jiwa.
dan menumbangkan keberadaan yang biasa,
Lalu hati terbiarkan kosong…
Apa sebutan istimewa buat kerinduan ini?
Hingga tak bisa terpenuhi.
Hanya penantian menyisakan pedih.

Jika kesabaran dan ketabahan adalah jawaban dari penantian ini.
Kenapa gejolaknya melemahkan hati,
Membangkitkan keletihan.
Menumbuhkan kehampaan yang terasa.

Dengan pena jemariku terus menari walau hanya dengan satu goresan,
Kerinduan…….

Senin, 14 Juni 2010

aku rindu

Hari ini belumlah habis,Kisah kitapun masih hangat.
Pelangi yang membentang dilangit cakrawala.
Adalah saksi ketika kita meminta warnanya.
Indahkan persahabatan ini….

Sebenarnya langkah apa yg harus kuayunkan..?
Cerita apa yang harus kudongengkan…
Ketika Tak bisa kulawan inginnya.
Sekalipun menjadikan pilu.

Mengapa aku hanya mendengar angin..?
Suaramu yang aku rindu…
Malam ini sunyi,
Sepi terasa sesak didada
Banyak pesan tlah kusampaikan,
Lewat tulisan tulisanku…

Pena ini mungkin tak setajam dulu,
Tintanyapun kian pudar.
Sahabat, aku rindu…

engkaulah sahabatku..

Mungkin aku belum seutuhnya mengenali diriku sendiri.
Mimpi mimpi kubangun lalu terhempas dijalan berlubang.
Inilah kehidupan,setidaknya untuk hidupku.

Katanya kebahagiaan itu ada untuk mereka yang menangis.
Untuk mereka yang lama berselimut muram.
Untuk mereka yang tersakiti…
Entahlah…
Yang pasti aku mengerti,
Aku tidak sendiri…

Kau ada sebagai sahabat yang memahamiku.
Teguranmu, nasihatmu.
Itulah engkau,…
Dengan ketulusan dan kasih sayangmu.

Kau menghampiriku saat hati lupa.
Kau mencariku saat jiwa butuh kedamaian..

Kukatakan Engkaulah sahabat sejati.
Sekalipun waktu dan jarak merenggangkan ikatan.
Hatimu tetap tinggal,
Terikat padaku…

Kukatakan Engkaulah sahabat sejati.
Sejuknya embun,
Sutra dengan kehalusannya.
Serta mutiara dengan beningnya,
Tak mampu menggantikan pengertian,ketulusan.
Kasih sayang yang kau tunjukan untukku.
Sungguh persahabatan indah….

Selasa, 08 Juni 2010

pesan persahabatan

Kutitipkan sebuah pesan pada purnama
Penuh harapan…

Kutuliskan semampu aku bisa,
Dengan keyakinan.
Smoga kau mengerti…

Kutuliskan seliar jemariku tanpa letih.
Entah bermakna dan bisa dihayati,
Smoga kau sadari….

Kutanya pada ranting dan dedaunan,
letih menatapku penuh resah.
Dimana sahabatku…??

Masih kugenggam persahabatan dibarisan pertama
Emas tak bisa menggantikannya.
Masih kurasakan terangmu,
Sekalipun aku tersudut dalam sunyi.
Sebait prosa yang kita buat bersama belumlah tuntas.

Aku percaya akan persahabatan ini
Bermakna bila dihayati..
Pesan ini untukmu, smoga terbaca.
Sebelum mentari membakarnya menjadi abu….

Kamis, 03 Juni 2010

*catatan fajar

Aku telah melepas dirimu pergi dari sisiku. Dari hidupku.
Rasa sakit dalam kebisuan yang kau tunjukan,
Aku merasakannya….
Apa yang telah terjadi dengan kita..???
Tak perlu bertanya,
Biarlah waktu yang masih memberi ruang semakin mendewasakan kita.
Kata kata indah dalam bibirmu,
Ku hamburkan dengan keakuanku.
Maaf kan aku,
Sebuah kata yang sulit bagiku diucap.
Tetaplah menjadi senja dalam kehidupanmu.
Seperti aku yang kan tetap menjadi fajar tanpa berkelana.
Apa yang kita alami, apa yang kita jalani..?
Itulah warna kita….
Cukuplah kau rasakan pahit bersama nyataku dan bayanganku.
Kenanglah jika kau masih ingin mengenangnya,
Jangan melemahkanmu.
Jangan membuat arah hidupmu bercabang.
Atau biarkan saja semua tentang kita membeku dalam waktu.

pernah kulihat kisah pedih tentang cinta di luar sana.
Tak pernah terpikir olehku,Kita akan menjadi bagian itu.
tak pernah terbayang olehku,
kita akan menjadi pemerannya dalam tokoh itu…..

pada ahirnya aku mengerti, smoga kaupun mengerti.
Lebih baik memahami apa yang ada,
Ketimbang mengejar apa yang tak pasti…
Lebih baik mensyukuri apa yang tengah kita jalani,
Ketimbang memuja ambisi memuaskan diri dengan yang bukan hidup kita.
Sungguh hidup ini terlampau singkat untuk dilewatkan bersama pilihan yang salah.
Maaf kukatakan salah,
Aku mengerti ini tentang hati.
Ini cinta…
Tapi kini akupun mengerti langit dan bumi tlah memberikan kita satu ruang masing masing.
Ruang hidup yang kita jalani tanpa harus dicemari keegoisan dan ambisi.
Aku percaya cinta adalah anugerah dari Tuhan.
Cinta bukan pertanyaan,
Terima apa adanya tanpa melupakan jati diri kita…

Tetaplah menjadi senja dalam kehidupanmu.
Seperti aku yang kan tetap menjadi fajar tanpa berkelana.
Inilah kita,
Asa yang kita bangun demi cinta kita,bolehlah pupus.
Namun bukan pada kehidupan cinta masing masing yang kita jalani.
Aku tengah menggapainya,
Seperti engkau tengah menatanya….


Seiring dengan langkah, airmata ini tlah banyak menetes hampir menutupi semua tulisan,
Tetap aku menulis walau hanya sebaris,sebait…
Engkaulah senja. Dan aku fajar.
Dalam kenangan kita masing masing………

Selasa, 01 Juni 2010

saat kembali lalu pergi

Kriiiingg !! aku yang lagi asyik dengan dua sejolinya dewa 19 malas malasan bangkit dari tempat tidur meraih ponselku. Sialan ganggu aja ! gerutuku dalam hati setelah tau siapa yang menelponku.
“yan, sory ya?”
“kupret, ! siang siang begini ganggu orang santai aja !” majalah yang ada ditempat tidur kulemparkan kesudut ruangan sambil memaki orang diseberang telpon sana.
“jangan asal semprot aja dong, coy,”
“ada apa sih…?” tanyaku sewot.
“bidadarimu datang,”
“siapa maksudmu..?”
“siapa lagi kalau bukan elvita,”
“apa katamu..?”
“knapa,kaget denger namanya..?”
“kau, ngga lagi ngelucu kan..?” tanyaku kemudian.
“dalam situasi begini, itu pantangan buatku.”
“jadi maksudmu , elvita benar benar datang..?”
“betul,” bersemangat suara itu.
“kapan dia datang..?” tanyaku lagi.
“tadi malam. Dia langsung kerumahku dengan senyum yang mengagetkan.”
“mengagetkan bagaimana..?”
“akan aku kasih tau nanti. Yang jelas ada perubahan pada dirinya…”
“apanya yang berubah..?” terus meluncur begitu saja pertanyaan pertanyaan dari mulutku.
“lihat saja nanti. Soalnya aku juga belum tau pasti.”
“lalu apa yang membuatmu mengambil kesimpulan bahwa dia telah berubah..?”
“aku dapat merasakannya. Dari sinar matanyapun ada sesuatu yang ganjil jelas terlihat.”
“bisa saja kau kalau ngomong.”
“lihat saja sendiri. Pasti kau dapat merasakannya. Mungkin dia mau ngasih kejutan buat kita. Ok deh, coy. Udah dulu ya. Kalau bisa nanti kau kerumahku.”
“ton, tunggu dulu,” tapi sayang, sambungan telpon sudah diputus dari seberang sana. Apa benar yang diucapkan toni, kalau elvita datang lagi? Bukannya dia sudah merasa betah tinggal dikota besar yang namanya Jakarta. Tapi, dia memang berhak dan pantas untuk kembali kesini. Soalnya inikan kampung halamanya sendiri. Dan dia juga masih punya nenek dan sodara disini.. kenapa dia ngga menemuiku..? ahh, biarlah ini memang bukan hakku. Tapi, knapa aku jadi memikirkannya..? pikiranku melayang tak tentu arah. Yang jelas aku mulai merasa seperti kemasa lalu, masa tiga tahun yang telah lewat. Dimana disitu hadir seorang gadis dalam hari hariku. Dengannya aku merajut mimpi,merangkum asa. Satu persatu kenangan tentangnya melintas dalam benakku. Kuingat saat pertama kali aku mengenalnya. Saat itu aku lagi asyik main dirumah toni. Keasyikanku terjaga,seorang gadis menghampiri dengan senyum yang teramat menawan. Dia sengaja kerumah toni karena memang rumahnya hanya terhalang satu bangunan.dan lagi setauku, gadis itu dan toni udah kenal cukup dekat. Aku takjub menyaksikan keanggunannya. Adapun tujuannya kerumah toni, untuk menitipkan kunci rumahnya. Yang katanya dia bersama mamanya mau ada keperluan keluar. “aku sudah kasih tau papah ditelpon,kalau kunci aku titipkan sama kamu.jadi nanti kalau papa pulang lebih cepat dari aku, dia pasti kesini ngambil kunci. Makasih ya, Ton. Aku merepotkan kamu terus. Jangan kapok ya..?” kata katanya begitu jelas,sekalipun tidak terlalu panjang lebar. Namun terdengar lembut dan mengasyikan. Lalu saat itu keberanianku muncul. Dan aku sedikit menggodanya sambil kuulurkan tangan untuk berkenalan. Dia tidak keberatan, dia menyambutnya dengan baik. Walaupun saat itu aku dapat melihat dia tersipu malu. Dan disitulah awal dari segalanya. Awal dari kebersamaanku dengannya yang begitu singkat.. dua bulan, waktu yang cukup sebentar untuk yang namanya percintaan.seperti sebuah puisi yang pendek,cinta sebait.mungkin itulah kunanamakan kisah cintaku dengannya. Tanpa memberitahuku, dia pindah kejakarta. Saat itu aku benar benar kecewa dan sangat terpukul. Aku sangat kehilangan. Aku coba sembunyikan semua itu,berusaha tegar dan mencoba menghibur diriku dengan cara lebih banyak mencari kesibukan. Lalu perlahan aku mulai mampu melupakannya.bukan melupakan sosok elvita dan membuang rasa cintaku terhadapnya, namun melupakan rasa kecewa,sedih serta kehilangan. Dan aku merasa cukup berhasil melakukannya. Lalu cinta, tetap tersimpan rapi disudut hatiku paling dalam.kemudian saat ini, setelah apa yang tadi diceritakan toni.telah membuatku kembali mengingatnya lebih dalam.tumbuh kembali kenangan tentangnya. Kenangan tentang gadis yang kuanggap sebagai sosok bidadari. Apa sebenarnya yang membuat dia kembali..? apa hanya untuk kembali menumbuhkan luka dihatiku.? Tapi, aku harus menemuinya.setidaknya aku harus menanyakan alasan tentang kenapa dulu dia meninggalkanku tanpa alasan…
“hayo…!! Kakak melamun ya?”
“anak nakal, bikin kaget aja,” ucapku gemas sambil mencubit pipinya.
“ngelamunin apa sih, ka..?”
“kecil kecil udah pintar ngomong. Ngga ada apa apa.”
“siapa dulu dong kakaknya..” ucapnya dengan manja.
“sudah jangan banyak ngomong.”
“daripada bengong,” sergahnya.
“sasa, kamu ngga bisa diam ya..?”
“pasti kakak lagi ngangenin pacar ya..”
“aduh sasa diam dong. Lagian kenapa kamu ngga sekolah..?”
“idih yang benar saja, inikan hari minggu.”
“o iya, kakak lupa,”
“makanya jangan suka banyak ngelamun. Jadi lupa deh sama hari..”
“sok tau,” ucapku sambil mencubit hidungnya. Sasa adikku yang baru saja duduk dibangku kelas empat SD, namun biarpun begitu tingkahnya serta bicaranya dah kayak orang dewasa saja.dan itu suka membuatku kelabakan menghadapinya.begitupun dengan mama yang suka kewalahan menghadapi sikecil manja ini.

Malam teramat sunyi.disebuah rumah nampak seorang cewek yang ditemanin cowok sedang asyik mengobrol.
“Ton, bagaimana kabarnya yans..?”
“lebih baik dari dulu,maksudku setelah kau tinggalkan..”
“Maksudmu aku benar benar sangat salah..?
“elvita, bukan aku menyalahkanmu.namun kepergianmu dulu cukup sangat membuatnya terpukul dan rapuh.”
“dia pasti kecewa dengan sikapku dulu,”
“kalau kamu tau dia akan kecewa,kenapa kamu meninggalkannya..?”
“entahlah, saat itu aku merasa benar benar tidak punya pilihan lain.”
“tapi setidaknya kamu bicara kepadanya.”
“kejadiannya begitu tiba tiba.”
“ya sudah, mungkin kamu benar semua itu terjadi dengan tiba tiba. Ngga terasa tiga tahun kita tidak ketemu,kukira kamu sudah melupakan aku dan tidak akan lagi pernah kembali kesini.”
“tadinya akupun sudah memutuskan untuk tidak kembali lagi kesini, apapun yang akan terjadi. Tapi aku sudah tidak tahan.”
“memangnya ada apa disana.?”
“bukan disana, tapi didiriku sendiri.”
“ada apa dengan kamu..?”
“Ton, apa kamu tidak merasakan ada sesuatu yang lain pada diriku..?” Tanya elvita.
“aku dapat merasakanya,tapi aku sama sekali tidak tau artinya.”
“ton, aku yang saat ini tidak sebaik yang kamu duga.”
“maksudmu..?”
“kehidupanku telah hancur,Ton.” Tutur elvita serak.tetes beningpun membasahi pipinya.
“ada apa sebenarnya,elvita..?” toni yang semakin keheranan,berkata pelan.
“papaku meninggal,” ucapnya terisak.
“ina lilahi…,kapan itu, El..?”
“dua tahun yang lalu,”
“Aku turut berduka, El..”
“Makasih,Ton.”
“lantas bagaimana dengan mama kamu?”
“baru sebulan kepergian papa, mama menikah lagi.dan itu cukup membuatku kecewa.karena begitu cepat mama melupakan papa. Dia sama sekali tidak menghargai almarhum papa. Aku sangat kecewa kepadanya, Ton. Bayangkan saat itu papa belum ada empat puluh hari meninggal. Tapi mama malah menikah lagi. Apa itu tidak membuatku sakit..?”
“aku ngga menyangka kalau kehidupanmu akan seperti itu.”
“bukan itu saja.ton, itu hanya sebuah permulaan,”
“permulaan bagaimana maksudmu..?”
“kematian papaku,serta ketidakadilan sikap mama telah membuatku rapuh.telah membuat hidupku hancur.hingar bingar kehidupan metropolitan telah membuatku tak mampu menahan diri.kuliahku putus ditengan jalan. dan aku terjerembab pada dasar yang keruh dan berlumpur,tapi saat itu aku menikmatinya.”
“apa sih maksud omonganmu ini?” toni nampak keanehan dan penasaran.
“ton, elvita yang saat ini adalah elvita yang tidak punya sinar terang.tidak punya arti hidup. Narkoba telah merusak segalanya.”
“apa?!!
“aku menjadi pecandu,ton.”
“kamu pasti bohong kan..?”
“ton, aku berteman dengan barang seperti itu sudah hampir dua tahun.”
“aku ngga percaya kamu bisa melakukan itu?”
“aku….,aku,”
“kamu tau tidak? Aku paling tidak suka punya teman pemakai barang haram seperti itu.”
“kamu jangan bicara seperti itu,”
“apa kamu tidak menyadari,kalau barang haram itu bisa menghancurkan hidup kamu.”
“hidupku memang sudah hancur,Ton.”
“elvita, sepedih dan sepahit apapun kehidupanmu,seharusnya kamu tidak terlibat dengan barang seperti itu.”
“ton. Saat itu aku benar benar tidak tau dengan apa yang harus aku lakukan atau aku perbuat.”
“tadinya aku mengira kedatanganmu kembali kesini akan menunjukan sesuatu yang bisa membuatku bangga.”
“maafkan aku,ton?”
“sudahlah,”
“ton,”
“apa kamu tidak pernah berpikir untuk berhenti..?”
“aku sudah pernah mencobanya,tapi aku gagal.”
“cobalah sekali lagi,”
“dengan cara apa.? Toh rumah sakitpun tidak dapat membantu.”
“rumah sakit?”
“ya, rumah sakit ketergantungan obat maksudku.aku sempat dirawat disana tapi tidak ada hasilnya.”
“lalu kamu menyerah begitu saja..?”
“aku ngga tau,”
“elvita, kamu sudah terlalu jauh melangkah.kamu buang dimana kelembutan serta keanggunanmu yang dulu?”
“jangan bicara seperti itu,ton.itu sangat menyakitkanku.asal kamu ngerti satu hal, bahwa aku teramat menyesal.”
“menyesal? Itu sudah tidak pantas kamu ucapkan.mungkin kamu memang benar kamu punya masalah yang pahit serta pelik dan menyakitkan.lalu kamu merasa tak mampu untuk menyelesaikannya hingga kamu merasa terpukul dan shock.tapi kenapa pada narkoba kamu melampiaskannya? Apa tidak ada jalan lain yang lebih baik? Coba kamu lihat kesamping dan tengok kebelakang,kamu akan dapat menyaksikan yang mental dan bathinnya hancur karena barang haram tersebut. Bahkan lebih menyedihkan lagi hidupnya berahir dengan memuakan. Barang laknat itu sudah banyak menghancurkan generasi muda seperti kita ini.kenapa hal itu tidak membuatmu berpikir lebih dewasa lagi,tidak membuatmu berpikir lebih panjang lagi? Aku kecewa, El.” Panjang lebar toni berbicara.dari nadanya seolah mengingatkan,bahwa kehidupan yang tengah dijalani elvita,adalah sesuatu yang seharusnya tidak dia lakukan.
“jadi aku harus bagaimana?” Tanya elvita lirih.
“berusahalah terus untuk membuang dan melepas semua itu.itupun kalau kamu sayang sama diri kamu sendiri serta kalau aku masih kamu anggap sebagai sahabatmu,tapi kalau memang sulit melakukannya demi diri sendiri,coba kamu lakukan demi orang yang paling sangat kamu sayangi. Dan ingat satu hal ?! jangan sekali lagi kamu mengatakan menyesal,dengan apa yang tengah kamu hadapi. Sebab ucapan itu hanya menandakan keputusasaan.”
“terimakasih,ton. Aku akan mengingat hal itu.”
“bagus kalau begitu,”
“aku beruntung punya sahabat seperti kamu.”
“jangan merasa senang dulu.”
“tapi setidaknya itu menandakan bahwa masih ada orang yang peduli sama aku.”
“bukan hanya peduli, sebenarnya yang menyayangimupun banyak.hanya saja kamu tidak pernah tau dan seperti tidak ingin tau.”
“maafin aku,Ton?”
“ya sudah, sekarang rencana kamu apa?’
“aku belum memikirkannya,ton.”
“lalu kapan kamu balik lagi kejakarta?”
“aku ngga berpikir untuk balik lagi kejakarta.aku akan menetap lagi disini,aku ingin menemani nenek.”
“itu lebih baik, tapi bagaimana dengan mama serta papamu?”
“aku tidak memikirkannya,”
“itu tidak boleh kamu lakukan.karena itu akan sangat menyakitkan mereka berdua.”
“entahlah, semenjak kejadian itu aku merasa sudah tidak betah tinggal sama mama dan papa tiriku itu. Rasanya keakraban dan keharmonisan sudah tidak ada lagi.”
“jangan bicara seperti itu,toh mereka tetap orang tua kamu.”
“ton, kamu ngga tau bagaimana pedihnya hati ini.”
“aku memang ngga tau, tapi aku dapat merasakanya.”
“lalu kenapa kamu tetap mengagungkan kedua orang tuaku? Udah jelas mereka tak memperdulikan aku lagi.”
“jangan ngawur kalau bicara,papamu telah meninggal. Lalu mamamu menikah lagi.itu bukan karena kepentingan semata dan bukan karena udah ga peduli lagi sama kamu. Justru sebaliknya itu dilakukan mamamu, karena beliau sayang sama kamu. Mama kamu tidak ingin kamu merasa tidak punya papa. Makanya mama kamu menikah lagi,itu supaya kamu tetap memiliki orang tua yang utuh.” Tutur toni dengan sangat hati hati.
“tau darimana?” Tanya elvita dengan mimik tidak puas.
“tidak ada orang tua yang tidak peduli dan sayang terhadap anaknya. Sekalipun ada, mungkin itu seribu berbanding satu.”
“mungkin mamaku termasuk dalam seribu banding satu itu.”
“aku rasa mamamu bukan tipe yang seperti itu,”
“bisa saja,”
“aku pernah cukup mengenal keluargamu,dan aku cukup tau betapa mamamu sangat menyayangi kamu sepenuh hati.”
“itu dulu,ton. Masa tiga tahun yang lalu.sekarang semuanya telah berahir.karna sang waktu telah merubah segalanya,yang dulu terasa indah.”
“kenapa kamu bicara seperti itu?”
“karena aku merasakannya, ton.”
“merasakan apa?”
“merasakan kepedihan serta ketidakadilan itu.”
“semua itu terjadi karena kamu tidak bisa lebih bijaksana dan terlalu tergesa gesa dalam mengambil keputusan.”
“itu menurutmu,karena kamu tidak tau apa yang sebenarnya terjadi.”
“ya sudah,terserah apa katamu.” Ucap toni ahirnya menyerah.
“maafkan aku,ton. Bukannya aku pengen menang sendiri.tapi karena kamu tidak akan memahaminya dengan cepat.”
“baiklah,mungkin kamu benar.”
“kamu marah,ton?”
“aku bukan tipe pemarah,”
“aku lega mendengarnya.” Ucap elvita sedikit tersenyum.kemudian elvita bangkit berdiri sambil berucap pelan.
“ton, aku pulang dulu ya?”
“kenapa terburu buru?”
“ngga enak, hari sudah lumayan malam dan mungkin nenek cemas menungguku.”
“baiklah kalau begitu,”
“met malam ya,ton,” ucap elvita.
“malem juga elvita,” balas toni tersenyum.

Detik berikutnya toni terdiam sendiri.entah apa yang berkecamuk dalam pikirannya.sebentar kemudian toni meraih gelas yang berisi air kopi,perlahan toni mereguknya dengan puas lalu meletakan kembali gelas itu ditempat semula.
“hei,ton. Kebetulan masih dluar,”
“ngga salah malem malem kesini?”
“salah apanya? Aku kan bukan baru kali ini kesini. Ucap suaraku sedikit serak.
“kamu telat datangnya,” tutur toni.
“emang kenapa? Ada apa?” tanyaku heran.
“baru saja elvita dari sini.”
“yang benar?”
“masa sama sohib sendiri,aku bohong sih.”
“abis ngapain?”
“ya mengobrol,”
“mengobrol? Ngobrol apa?”
“biasa aja,hanya sekedar bertukar pengalaman masing masing. Kita kan dah lama ngga ketemu.”
“kelihatannya ada yang serius.”
“kamu ngomong apa sih? Aku ngga ngerti arah omonganmu.”
“jangan pura pura,” sergahku.
“pura pura bagaimana?”
“kamu seperti menyembunyikan sesuatu dariku.”
“ngga ada yang aku sembunyikan,”
“terus terang saja,ton.”
“Yan, maksud kamu apa sih?”
“masih perlu kuperjelas?”
“omonganmu udah jelas,tapi maksudmu itu aku ngga ngerti.” Ucap toni pura pura bego.
“ton, muka kamu itu pucat banget.apa kamu masih belum ngerti?”
“ok, aku nyerah.”
“ya udah. Sekarang kamu ceritakan ada apa sebenarnya?”
“begini,yan. Barusan elvita ada kesini dan banyak cerita sama aku.”
“itu tadi sudah kau omongin,” potongku.
“ok,yan. Tadi elvita cerita banyak ke aku tentang permasalahannya.”
“permasalahan apa?”
“sabar dikit dong,” sergah toni.
“habis kau bertele tele banget sih,”
“begini,sobat. Elvita lagi menghadapi masalah yang cukup serius.”
“iya masalah apa?”
“dua tahun yang lalu papanya meninggal.dia sangat terpukul,dan ngga lama setelah itu mamanya menikah lagi.dan itu cukup membuatnya kecewa.”
“lantas?”
“dia gelap mata,yans.”
“maksudnya?” aku terus bertanya.
“dua tahun belakangan ini dia memakai narkoba.”
“apa?!”
“kau kaget ya? Aku juga awalnya begitu.”
“kamu ngga lagi becanda kan?”
“apa yang aku omongin ini,sesuai dengan pengakuan elvita .”
“elvita pakai narkoba?!”
“itu benar,yans.”
“mustahil,”
“sudah aku bilang. Akupun awalnya ngga percaya,tapi emang itu kenyataannya.”
“kenapa dia bisa berbuat seperti itu?”
“aku juga ngga ngerti,”
“gadis yang dulu sangat aku banggakan,sangat aku agung agungkan karna kepribadiannya yang sangat baik itu.gadis yang cukup memiliki kedewasaan serta kelembutan yang jarang dimiliki gadis lain,hingga kukatakan dia bak bidadari.kini jadi seorang pecandu narkoba.” Ucapku ga habis pikir.
“sama, itu dia yang dari tadi jadi pikiranku.”
“mau berapa lama dia tinggal disini?”
“bisa jadi selamanya,”
“emang kenapa?”
“katanya sih dia dah ga betah lagi tinggal dijakarta.”
“berarti dia disini mau tinggal sama neneknya?”
“ iya,”
“ton, aku minta tolong,”
“minta tolong apa?”
“soal elvita,”
“maksudnya?”
“pertemukan aku dengannya.”
“kamu yakin pengen ketemu?”
“iya,”
“baik, kapan dan dimana?”
“kalau bisa besok dan tempatnya disini.”
“disini?”
“knapa? Ngga boleh?”
“ngga apa apa,silahkan saja. Jam berapa?”
“jam delapan malam,”
“ok deh. Nanti aku kasih tau elvita.”
“kalau begitu,aku pulang dulu.”
“buru buru banget sih,”
“lihat.! Ini dah jam berapa?”
“baru juga jam setengah sebelas,”
“baru ya?”
“he..he..,” toni hanya nyengir.
“jangan lupa besok malam ya?”
“ok coy,” jawab toni bersemangat.sementara aku melangkah meninggalkannya.pikiranku semerawut ngga karuan.bagaimana tidak, gadis yang dulu aku banggakan kini hadir kembali dengan membawa kemalangan serta kerapuhan.sesuatu yang tidak mudah aku terima,bagaimana tidak. Sampai saat ini perasaan cinta dan sayang terhadapnya masihlah ada. Butuh waktu dan keadaan yang jernih untuk bisa memahami kenyataan ini.rasanya ini bagai mimpi saja.ini seperti sebuah sandiwara yang alur ceritanya hanya rekaan belaka,hanya catatan semu.tapi ini nyata dan menyakitkan.
“ada apa,ton?’
“jam delapan yans mau kesini.dia pengen ketemu kamu.”
“akupun memang pengan ketemu sama dia,tapi aku malu.”
“malu kenapa?”Tanya toni heran.
“aku udah menyakitinya.ditambah lagi dengan keadaanku saat ini.”timpal elvita.
“tak perlu kamu merasa seperti tiu,” tukas toni.
“bagaimana tidak, ton. Bisa jadi yans malah menertawai aku.”
“elvita, sebenarnya kamu menganggap dia sebagai apa?”
“mendingan ngga usah ketemu aja ya?”
“jawab aja dulu,..!” sergah toni kesal.
“ton, kalaupun dulu aku sama yans pernah punya hubungan yang istimewa,tapi itu dulu. Semua itu tlah aku coreng.aku telah menyakitinya.jadi menurutku bukan hal yang tidak mungkin kalau dia tau keadaanku saat ini,dia akan menertawaiku.”
“dia bukan tipe lelaki seperti itu,” sergah toni meyakinkan.
“aku tau,”
“lalu kenapa kamu beranggapan seperti itu?”
”entahlah,”
“El , dia sudah tau keadaanmu saat ini.aku sengaja memberitahunya.”
“serius,Ton?”
“iya,” jawab toni pendek.
“lalu bagaimana reaksinya?” Tanya elvita kembali.
“jauh diluar dugaan,”
“apa itu yang menjadi tujuannya ingin bertemu denganku?”
“mungkin, tapi mungkin juga ada yang lainnya.” Tutur toni pelan.selanjutnya masing masing terbius oleh lamunan.keadaan nampak sunyi,hanya desiran angin malam yang sesekali nampak riuh.


Wajah malam cukup suram.tak nampak rembulan atau barisan bintang.sunyi,sepi begitu terasa bersatu dengan dingin yang dihantarkan angin.disebuah rumah nampak dua orang lelaki tengah asyik dengan lamunannya masing masing.tak ada kesan ceria dari kedua wajah itu.hingga ahirnya keduannya dikagetkan oleh suara salam dari balik pintu.

“Asalamuallaikum…..,”
“wa alaikumsalam,” sambut toni sambil berdiri membukakan pintu.
“apa kabar, El?’ tanyaku langsung mendahului menanyakan kabar.
“tak sebaik yang kamu lihat.kamu sendiri bagaimana?”
“beginilah keadaanku,tak sebaik yang kamu bayangkan.”
“Maaf, berhubung kalian udah ketemu,sebaiknya aku tinggal dulu.”ucap toni sambil melangkah keluar.
“hei, mau kemana?” tanyaku.
“ngga kemana mana.Cuma mau kewarung aja beli rokok.” Jawab toni sambil tetap melangkah keluar.
“rokok ada nih?” aku berusaha menawarkan punyaku.
“ngga usah,aku mau beli aja.sekalian pengan nongkrong dulu sebentar.kalian berdua nyantai aja.” Ucap toni sambil berlalu menghilang dibalik pintu. Sepeninggalnya toni keadaan berubah sepi.kulihat elvita tertunduk.kucoba mengatur desah nafasku yang terasa ngga karuan.lalu kucoba membuka suara.
“El, aku turut berduka tentang kepergian papamu.”
“makasih, yans.”ucapnya lirih.
“aku dengar dari toni,katanya kamu mau menetap disini lagi.”
“iya,”
“lalu apa rencanamu?” tanyaku kemudian.
“aku tak punya rencana.” Jawab elvita seadanya.
“El, kenapa dulu kamu lakukan itu kepadaku?” tiba tiba pertanyaan itu meluncur dari mulutku.sungguh sebenarnya sebelumnya aku telah memastikan hatiku untuk tidak mempertanyakan dulu hal itu.namun saat ini, ahh…,kalimat itu begitu saja keluar.
“aku minta maaf,Yans.”
“apa kamu pikir kata maaf yang ingin kudengar? Aku butuh penjelasan.”
“aku tak tau,”
“knapa?”
“sudahlah,yans. Jangan paksa aku. Kamu boleh membenci aku.karena aku memang cukup pantas untuk mendapatkannya.”
“apa kamu ingin aku lakukan itu?” tanyaku lagi.
“jujur aku tak menginginkannya,tapi dengan apa yang tlah aku lakukan terhadapmu, aku kira aku pantas.”
“El, mungkin kalau bukan karena ini,kalau bukan karena rasa ini.aku akan mudah membencimu,tapi itu ngga bisa aku lakukan.kamu pengen tau kenapa? Karena aku masih mencintaimu,aku masih menyayangimu.walaupun aku pernah merasa sakit dan kecewa olehmu.”
“jangan ucapkan itu,yans.”
“kenapa?”
“karena itu sudah tidak pantas.”
“apanya yang tidak pantas?” tanyaku sedikit sewot.
“aku..,aku sudah tidak pantas dicintai atau disayangi.”
“itu menurutmu,tapi tidak bagiku.”
“yans, kamu akan menyesal bicara seperti itu.” Tukas elvita.
“apa yang harus aku sesalkan?”
“aku sudah tidak sebaik dugaanmu,”
“aku sudah tau,toni menceritakan semuanya terhadapku.”
“aku seorang pecandu,yans.”
“asalkan kamu mau berhenti.”
“itu sulit bagiku,yans.”
“tak ada sesuatu yang sulit bila kita masih mau berusaha dengan niat yang kuat.”
“aku gagal terus,yans.” Bela elvita.
“aku akan membantumu,”
“untuk apa,yans?”
“untuk cintaku,el.cintaku yang tulus dan suci untukmu.”
“sudah aku bilang,aku tidak pantas lagi mendapatkan itu.”
“el, kamu butuh seorang pendamping.dan aku siap untuk itu.” Aku berusaha menyakinkannya.karna bagaimanapun,dia tetap bidadariku.terlebih saat ini. Dia benar benar membutuhkan seseorang yang dapat memberinya semangat dan keyakinan bahwa dia mampu menghadapi semua ini.
“kamu akan jadi cemoohan orang,yans.” Tukas elvita.
“perduli apa dengan orang lain.asal kamu tau,aku tidak akan terpengaruh dengan apapun anggapan orang lain.tolong elvita, beri aku kesempatan untuk melakukan yang terbaik yang aku bisa untukmu.” Ucapku penuh harap.
“maafkan aku,yans. Aku tetap tidak bisa.” Tutur elvita.
“kenapa? Apa karena kamu tidak mencintaiku?”
“bukan itu,yans.”
“heh, pantas dulu kamu meninggalkanku begitu saja.ternyata dulupun kamu tak pernah mencintaiku.”
“tolong jangan bicara seperti itu,”
“tapi itu benarkan?”
“yans, kamu salah. Dari dulupun aku teramat mencintaimu.kalaupun pada ahirnya aku lari menghilang,bukan untuk menghindar darimu,apalagi untuk menyakitimu.aku justru ingin menyelamatkan hatimu. mamaku tak menginginkan kehadiranmu dalam hari hariku. Beliau memberiku pilihan yang sangat sulit.dan asal kamu tau, akupun sangat terluka.jika malam datang,aku hanya bisa menangis. Yans, siapa sih orang yang tidak ingin hidup berpasangan? Terlebih jika saling mencintai.tidak seorangpun bukan? Itu yang aku rasakan,yans. Aku mendambakan seorang pendamping.tempatku mencurahkan segenap rasa.dan itu terhadapmu.bagiku itu keindahan dan kebahagiaan yang luar biasa.tapi keadaan menginginkan lain.aku sakit,yans. Tapi sudahlah, itu dulu.saat ini dengan keadaanku yang seperti ini, aku merasa tidak pantas lagi mendapatkan itu. Tolong mengertilah aku ! suatu hari, mungkin suatu hari aku akan kembali mempercayai. Bahwa tak ada satu langkah dalam kegelapan.mungkin suatu hari aku berhak kembali menerima itu.tapi sementara ini, biarkan aku dengan duniaku.”
“tidak akan aku biarkan kamu dengan duniamu ini dalam kesendirian.aku akan tetap mendampingi kamu.apapun alasannya.karna bagiku,kamu pantas dan layak mendapatkannya. Dan untuk saat ini,akulah yang akan memberikannya padamu. Jadi tolong, beri aku kesempatan…”
“Kamu akan kembali tersakiti,yans.” Tutur elvita.
“tidak ,” aku menggeleng cepat.
“jangan menanti sesuatu yang tidak pasti.” Tukas elvita.
“kamu tidak mencintaiku?”
“bukan begitu,yans.” Kilah elvita.
“kalau begitu,mari kita sama sama mengadapinya.” Ucapku sambil meraih jemari tangannya.jemari tangan yang sebenarnya masih lembut seperti dulu.walau saat ini terasa begitu dingin. Dingin oleh kekosongan,keterpurukan dan keadaan pelik yang tengah dihadapinya.tak ada alasan bagiku untuk tidak mendampinginya.
“beri aku waktu,yans.”
“jangan membuatku menunggu terlalu lama.” Tuturku pelan.
“sebaiknya kamu tidak usah menunggu.” Tukas elvita.
“kalau begitu, kita jalani mulai dari sekarang. Aku mencintaimu, El.”
“aku tau,aku mengerti,yans. Tapi kamu terlau baik untukku.jangan kamu terlalu tenggelam dalam keyakinanmu.kamu tidak layak disampingku.disamping gadis yang benar benar telah hitam dan penuh noda ini. Masih banyak gadis lain yang lebih baik,bahkan sangat baik dibandingkan aku.raihlah selagi kamu memiliki waktu.jangan sia siakan.”
“jangan bicara seperti itu. Aku tidak akan merubah keputusanku.apapun resikonya aku tetap pada pendirianku.tolong,El. Jangan sia siakan rasa cinta dan sayang ini untuk kedua kalinya.”
“yans,…” ucap elvita parau.
“jangan ragukan hatiku dan hatimu sendiri,el.” Ucapku lembut sambil membelai wajahnya.
“biarkan aku memikirkannya dulu.”
“percayalah, aku tidak akan merubah keputusanku.” Tukasku meyakinkan dia.
“aku pulang dulu,yans.sudah terlalu malam.” Ujar elvita kemudian.
“aku tidak bisa mencegah, namun bolehkah aku antar kamu?”
“tidak usah,terimakasih.” Jawab elvita pelan.
“baiklah kalau begitu. Ingatlah elvita, kapan saja kau merasa letih,kapan saja kau butuhkan aku.kau tau kalau aku selalu ada untukmu.sekalipun mungkin tidak memiliki arti apa apa buatmu.”
“kamu sangat berarti bagiku,yans. Bahkan terlalu berarti untukku.” Ucap elvita sambil menatap lekat wajahku.aku hanya bisa tersenyum memahami penuturannya.
Sepeninggalnya elvita. Aku hanya bisa merenung tentang apa yang baru saja kita berdua bicarakan.aku masih ngga habis pikir, gadis itu bisa serapuh dan sekering itu. Padahal dulu dia bak bunga indah yang mekar dipadang tandus. Oh Tuhan, begitu berliku perjalanan hidup ini.begitu terjal jalan yang harus ditempuh.sementara diri sudah merasa letih.aku pasrah pada-Mu . karena aku tau, apapun yang Engkau berikan, pasti yang terbaik dari segala sesuatu yang baik.
Aku mendesah lirih.perlahan kuhirup udara malam yang kurasakan semakin dingin.lalu perlahan pula aku melepaskannya.mungkin dengan begini beban dibathin ini akan berkurang.
“Yans, elvita kemana?” toni nongol dari samping.
“baru saja dia pulang,” jawabku seadanya.
“bagaimana ceritanya?’ Tanya toni lagi.
“aku prihatin, ton.”
“akupun demikian,”
“kita harus Bantu dia,ton.”
“ya, harus,” ujar toni mantap.
“bisa bisanya dia seperti ini ya?”
“namanya juga manusi,tidak pernah luput dari kesalahan serta khilaf.” Ucap toni seperti orang alim aja nada bicaranya.
“aku masih sangat mencintainya,Ton.”
“aku tau,aku dapat melihatnya dari mata dan wajahmu.dan aku salut sama kamu,walaupun sekarang kondisi elvita seperti itu. Kau masih tetap menempatkan dia dalam hatimu.”
“apapun yang tengah dihadapi elvita, bagiku itu bukan menjadi alasan untuk tidak mencintainya.” Ucapku pelan.
“kamu benar,yans. Dan aku sependapat denganmu. Kita berdua harus mampu dan bisa meyakinkan elvita,bahwa dia bisa keluar dari lubang yang hitam gelap dan pengap itu.
“makasih,ton. Aku sangat bersyukur memiliki seorang sahabat sepertimu.dan dalam menghadapi masalah ini, aku akan sangat membutuhkan bantuanmu.”
“it’s ok. Tenang saja, coy. Aku akan selalu siap membantumu.” Ucap toni tersenyum.
“ton, aku tidur disini ya?” pintaku.
“he eh, lagian ngapain pulang juga.”
“tapi aku pulang aja deh,”
“kamu ini gimana sih,katanya mau tidur disini.”timpal toni dengan mimik wajah yang keheranan.
“aku baru inget. Besok pagi pagi aku harus jemput adikku.”
“meri, maksudmu?” Tanya toni.
“He eh,” jawabku singkat.
“emang dia libur kuliahnya?” Tanya toni lagi.
“katanya sih begitu. Empat hari yang aku dengar.”
“jam berapa kamu mau jemput dia?”
“ya , paling telat jam enam pagi.”
“ya udah langsung dari sini aja berangkatnya,”
“ngga deh, aku mau pulang aja.” Pungkasku kemudian.
“ok deh. Terserah dikau saja,friend..” timpal toni kemudian.
“aku pulang ya, ton. Salam aja buat elvita kalau dia ada kesini lagi.” Ucapku sambil berlalu dari hadapan toni yang berdiri mematung didepan pintu.aku tau dan dapat merasakannya, toni sepertinya sangat merasa khawatir juga dengan apa yang tengah menimpa elvita.sungguh kenyataan yang harus bisa aku hadapi dengan sebaik baiknya.

Pagi masih menyisakan embun yang sedikit demi sedikit mulai mencair dan hilang ditelan mentari.aku yang berada dibelakang kemudi.tak banyak bicara.hanya diam memandang focus kejalanan sekalipun kuakui dan kurasakan ada desakan desakan hebat dalam hatiku.aku berusaha sembunyikan dari adikku yang tepat duduk disebelahku.
“Kak,gimana kalau beli dulu makanan kesukaan sasa di mini market seberang sana..?” tutur meri membuyarkan lamunanku.
“boleh,” tukasku pelan.
“kayaknya kakak kurang tidur ya?” Tanya meri.
“ngga juga,” jawabku singkat.
“kakak ada masalah ya?” Tanya meri lagi.
“ngga ada apa apa sayang….”
“Kakak jangan bohong. Tuh kelihatan dari raut wajah kakak.”
“aahhh,..ok deh. Iya aku lagi punya masalah. Dan lumayan rumit.” Ahirnya aku mengalah.
“pasti masalah cewek,” tebak meri.
“udahlah jangan ngebahas itu dulu.” Timpalku.
“nah, pasti ada apa apanya nih.” Meri semakin membuatku bingung dengan apa yang harus aku jelaskan ke dia.
“udah diam ! kita udah sampai nih,”
“yeaaa,kakak. Jadi lupa deh beli makanan.” Celoteh meri kesal.
“salah sendiri,kamunya bawel terus.”
“huhh,”
“Udah cepetan turun?” perintahku pada meri.
“sepi banget,kak. Pada kemana ya?” Tanya meri kemudian.
“mungkin dibelakang semua.” Jawabku singkat.
“Assalamualaikum…,” sambil melangkah masuk meri mengucapkan salam.
“waalaikumsalam….,” terdengar jelas jawaban dari dalam.
“kakak…,” sasa berlari kecil menghampiri kita berdua.
“sasa manis, kamu kangen ngga sama kakak?” Tanya meri sambil memeluk adiknya.
“ya kangen dong,kak. Tapi lebih kangen lagi sama oleh olehnya..” tukas sasa sambil nyengir.
“coba tebak,kakak bawa apa?”
“meri…,” tiba tiba mama muncul dari dalam kamar dan menghampiri meri.
“Eh, mama….,”
“ngga ada apa apa kan dijalan?” Tanya mama.
“Alhamdulillah, ma.” Jawab meri sambil sungkem kemamanya.
“kakak, ini coklat holanda ya?” Tanya sasa.
“Benar dan kamu pintar.” Jawabku gemas.
“idih, sasa bukan nanya ka yans. Weew…,” timpal sasa.
“biarin,” tukasku sambil berlalu dari tengah tengah mereka. Aku menuju kamarku dan meraih ponselku yang tergeletak ditempat tidur. Kupijit nomor yang sudah kuhapal betul.tapi sayang, nada yang aku dengar nada sibuk.dengan letih kuhempaskan kembali ponselku ketempat tidur.
“yans,”
“iya, ma,” jawabku.
“tadi toni telpon ke hanphonemu.mama sengaja terima.katanya kamu disuruh nelpon balik ke dia..” ujar mama menjelaskan.
“ini aku barusan telpon dia.tapi nadanya sibuk,” tukasku.
“ya sudah kalau begitu,” tukas mama pendek.
Sebentar kemudian aku mencoba menghubungi toni kembali,mudah mudahan ngga sibuk lagi dan telponku diangkat. Bisikku dalam hati.

“Hallo,” suara dari seberang sana.
“Ton, lagi dimana nih?” tanyaku.
“dirumah,kebetulan kau nelpon.” Tukas toni.
“ada apa?” tanyaku terburu buru.
“hari ini elvita masuk rumah sakit.” Suara toni yang cukup mengagetkanku.
“apa?!!”
“Dia dirawat,” suara toni menjelaskan.
“dirawat?! Semalam dia ngga apa apa kan?”
“memang ia sih,tapi kata mamaku. Dia masuk rumah sakit jam empat pagi.”
“sakit apa,ton? Soalnya aku lihat semalam dia sehat sehat aja.”
“Itu dia, aku juga belum tau.soalnya aku dapat kabar itu dari mama tadi siang.”
“ya sudah, sekarang aku kerumahmu,”
“Kerumahku?”
“iya,nanti kita sama sama kerumah sakitnya.”
“ok deh. Aku tunggu ya?” tutur toni kemudian.
“ he eh, aku berangkat sekarang,” timpalku sambil mengakhiri percakapan.lalu aku bergegas keluar tanpa pamit terlebih dahulu sama mamaku.sepanjang perjalanan menuju rumah toni,aku berpikir tajam tentang kemungkinan penyakit yang diderita elvita.sampai sampai dia harus dirawat dirumah sakit. “ya Allah, mudah2an ngga terjadi apa apa terhadapnya. bisikku dalam hati.
“gimana,ton.udah siap?” tanyaku saat baru saja nyampe dirumahnya.dan kebetulan toni ada didepan rumah..
“siap,coy.” Tukas toni. Antusias.
“ ya udah. Kita berangkat sekarang?” ajakku.
“tapi,yans, kita kan belum tau elvita diruangan apa.”
“tapi yang jelas dirumah sakit wijaya kan?” tanyaku pada toni.
“iya,tapi ruangannya ngga tau diruangan apa.”
“itu gampang.nanti kita Tanya pihak rumah sakit.udah jangan banyak omong.kita jalan sekarang.” Tukasku sudah tidak mau terlalu lama berbasa basi.
“ayo deh,” kata toni sambil melangkahkan kakinya.

Cuma beberapa menit diperjalanan,kita berdua udah nyampe depan rumah sakit wijaya kusuma.tanpa menunda waktu lagi,aku langsung menuju ruang penerimaan pasien.diringi toni disampingku.
“mba, maaf mau Tanya.kalau pasien atas nama elvita puspasari dirawat diruang mana ya?” tanyaku pada suster jaga.
“masuk jam berapa atau hari apa?” suster balik bertanya.
“sekitar jam empat atau setengah lima pagi tadi.” Kujawab sejelasnya yang aku tau dan ingat.
“Oh…,yang dari jalan siaga bukan?” Tanya suster lagi.
“betul,mba.” Jawabku bersemangat.
“kalau benar itu, dia ngga dirawat disini.”
“lalu dirawat dimana dia, mba?” tanyaku tak menentu.
“dokter budi memberinya rujukan untuk dirawat dirumah sakit pelabuhan cirebon.” Kata suster menjelaskan.
“memangnya sakit apa dia?” tanyaku lagi dengan perasaan tak menentu.
“aduh maaf, aku ngga tau persis.hanya yang aku tau,katanya penyakitnya cukup parah dan tidak memungkinkan untuk dirawat disini.” Ujar suster terlihat hati hati.
“Maaf,mba. Kira kira menurut analisa mba. Dia sakit apa?” toni kemudian ikut bicara walaupun dengan nada yang terdengar gugup.
“entahlah, yang jelas waktu pagi.kondisinya terlihat cukup kritis dan mengkhawatirkan.” Ujar suster itu kemudian.
“baiklah kalau begitu, mba. Terimakasih atas informasinya.” Tukasku sambil mengapit tangan toni untuk bergegas keluar dari tempat itu.
“sekarang bagaimana,yans?” Tanya toni gelisah.
“kita langsung kecirebon.kerumah sakit pelabuhan.”jawabku sambil mempercepat langkah kaki.
“yans, menurut kamu penyakit apa yang diderita elvita?”
“entahlah,ton. Aku tidak mau terlalu menduga duga.dengan kabar ini saja aku sudah cukup pedih.”
“ya sudah, mudah mudahan dia ngga kenapa napa ya.” Timpal toni kemudian.
“ya akupun berharap demikian,” tukasku menghibur diri.walau sebenarnya ada rasa takut serta ngeri direlung hati ini.bagaimana tidak. Suster jaga bilang kondisi elvita cukup parah dan kritis.tapi semoga saja itu bohong.
Kulirik arloji dipergelangan tanganku. Pukul tiga sore. Gumanku dalam hati. Cuaca dikota cirebon masih cukup panas,walaupun hari mulai beranjak sore.
“ton, kita sudah melewati lima ruangan,tapi mana ruang perawatan elvita?”
“kita coba Tanya lagi sama suster,tapi yans, itukan neneknya elvita.” Sergah toni sambil menunjuk kearah samping.
“eh nak toni sama yans. Syukur kalian berdua datang.silahkan kalian berdua masuk saja.” Ucap neneknya elvita dengan suara terbata dan raut wajah yang cukup kelihatan letih.
“ton, kelihatannya. Neneknya begitu cemas dan terpukul.”
“iya aku merasakannya. Mungkin dia belum siap menerima semua ini.karna biar bagaimanapun dia sangat menyayangi elvita.dan lagi pula mereka berdua kan baru ketemu lagi.” Tutur toni panjang lebar sambil mengiringiku masuk kedalam ruangan. Saat kita berdua sudah ada didalam ruangan itu, aku tersentak kaget melihat keadaan elvita yang nampak kering,pucat hambar tanpa warna. Cahayanya nampak sangat redup.membalut wajah anggunnya.aku menghampirinya dengan langkah yang letih.seletih perasaan hatiku saat ini.
“el, gimana keadaanmu?” tanyaku parau saat berada tepat dihadapannya.
“aku sudah tidak sanggup lagi,yans.”
“apa yang kamu rasakan, el?” tanyaku pelan.
“aku merasa ini akhir dari perjalananku. Aku tidak kuat lagi,yans.” Suara elvita serak.
“jangan berkata seperti itu. Bertahanlah.” Tukasku dengan lemah.
“El, aku dengar tentang ini dari mamaku.makanya aku langsung ngasih tau,yans.” Ucap toni.
“makasih,ton.”
“el, apa sebenarnya yang kamu derita? Dan kenapa kemarin malam tidak menceritakannya padaku?” tanyaku dengan suara letih dan tak kuasa melihatnya dalam kondisi seperti ini.
“yans, akupun ngga tau kalau aku akan seperti ini.”
“lalu apa kata dokter tentang penyakit yang kamu derita ini?” tanyaku parau.
“aku ngga tau. Dokter ngga menceritakan apa apa terhadapku.tapi aku merasakannya kalau yang aku derita ini bukan penyakit biasa.” Ucap elvita kemudian dengan suara yang lirih serta air mata yang perlahan menetes membasahi kedua pipinya.
“aku akan menemui dokter yang menanganimu,” tukasku serak sambil berlalu keluar ruangan.sementara aku lihat toni diam terpaku. Dokter Hendry, yeaah. Aku tau namanya dari seorang suster. Aku harus segera menemuinya.selintas kulihat toni berlari kearahku.
“ada apa,ton?” tanyaku kaget.
“yans, elvita muntah darah,” ucap toni dengan nafas yang tersengal sengal.
“ya Tuhan, apa yang terjadi dengannya? Ton, kita harus segera menemui dokter Hendry.karna dia yang menangani elvita.” Ucapku kebingungan. Sambil melangkah keruangan dokter diiringi toni.
“maaf dokter. Kami mengganggu.”
“oh, ngga apa apa.silahkan masuk?” dengan ramah dokter itu mempersilahkan kita berdua.
“dokter, apa sebenarnya penyakit yang diderita,elvita?” tanyaku tanpa banyak basa basi lagi.
“maaf, boleh saya tau. Anda berdua ini siapanya pasien?soalnya dari tadi pagi pasien itu hanya ditemani neneknya.” Tanya dokter itu hati hati.
“ak…,aku.. pacarnya pasien anda.” Jawabku gugup.
“lalu dimana kedua orang tuanya?” Tanya dokter itu lagi.
“mereka dijakarta,dokter.” Tutur toni.
“saudara saudaranya?” terus dokter itu bertanya teliti.
“selain neneknya, tidak ada lagi.”
“lalu siapa yang akan bertanggung jawab tentang segala sesuatu dan pengobatannya?” Tanya dokter lagi dengan raut wajah kebingungan.
“dokter, aku yang akan bertanggung jawab dengan semuannya.dan aku rasa hal itu saat ini belum tepat untuk dibicarakan.masalahnya saat ini pasien sedang muntah darah dan aku harus tau persis penyakit apa yang dideritanya.jadi tolong dokter segera tangani dia.dan jelaskan padaku tentang penyakitnya itu.” Tukasku dengan sedikit kesal.
“apa tidak sebaiknya orangtuannya diberitahu dulu,” kata dokter itu.
“selain elvita,maksudku pasien dokter. Tidak ada yang tau keberadaan kedua orangtuannya.kita berdua hanya tau kalau orangtuannya menetap dijakarta,tapi tepatnya didaerah mana kita tidak tau.” Ujar toni menjelaskan.
“mungkin neneknya tau,” tukas dokter itu kemudian.
“tidak dokter,” tukasku pelan.
“kalau begitu, kita Tanya elvita saja.” Saran toni.
“ide yang bagus,” sahut dokter.
“ok, tapi tidak sekarang. Tolong dokter tangani dulu dia.saat ini dia betul betul lagi membutuhkan penanganan dari dokter,” belum selesai aku bicara.tiba tiba seorang suster datang memasuki ruangan dokter Hendry dan mengatakan sesuatu yang cukup mengagetkan.
“dokter,apa yang harus kami lakukan?” Tanya suster dengan nada suara yang penuh ketakutan.
“bagaimana dengan infusnya?”Tanya dokter.
“dalam lima menit sudah menghabiskan dua botol.” Kata suster itu.
“ok aku akan memeriksanya.kalian berdua tunggu saja disini.” Tukas dokter Hendry sambil berlalu dari ruangan diiring suster.sementara aku dan toni hanya bisa saling menatap dengan pikiran yang tak menentu.kita berdua terdiam dalam kegundahan masing masing.kulirik arloji dipergelangan tanganku, setengah tujuh malam… desahku dalam hati.kuhampiri toni seraya berkata.
“Ton, knapa jadi begini?”
“kuatkan hatimu,yans.” Tutur toni pelan.
“aku ngga mau kehilangan dia untuk yang kedua kalinya.”
“aku mengerti,yans.” Ucap toni.
“apa yang harus aku lakukan,ton?” tanyaku galau.
“siapa diantara kalian yang bernama,yans?” suara suster tiba tiba mengagetkanku.
“aku,suster. Ada apa?” tanyaku tak karuan.
“pasien ingin bertemu dengan anda.” Jawab suster singkat.
“baik suster,” ucapku lirih sambil bergegas menuju ruangan tempat elvita dirawat.dengan lesu kuhampiri sosok yang terbaring lemah.sungguh pucat,hambar tanpa warna.gurat gurat luka dan kesedihan dan mungkin serta penyesalan begitu jelas terukir diwajahnya.
“El,aku disini,el…” bisikku lirih.
“jangan tinggalin aku sendiri,yans.”
“tidak akan,” ucapku serak sambil menggenggam jemari tangannya.
“yans, kamu sayang aku kan?”Tanya elvita parau.
“jangan kamu ragukan hal itu, el.”
“apa kata dokter tentang penyakitku ini,yans?” Tanya elvita dengan tatap mata yang cukup redup.tak ada cahaya dari bening kelopak matanya.begitu redup.ada keletihan tergambar jelas disana.
“kamu tidak apa apa.kamu akan segera sembuh.yang penting kamu jangan putus semangat.dan jangan lupa minum obatnya.” Tuturku membohonginya. Hatiku giris mendengar pertanyaan itu.
“jangan bicara bohong,yans.” Celoteh elvita.
“itu benar,el. Aku tidak bohong.”
“lalu kenapa dimatamu ada bulir yang mengambang?kenapa matamu sembab?”Tanya elvita kemudian dengan suara sedikit tertahan.
“ini bukan apa apa,” tukasku saat baru sadar bahwa aku menangis.aku menangis tertahan.ya Tuhan apa yang harus aku lakukan untuk membuatnya tersenyum sementara aku sendiri sulit untuk tersenyum.beri aku petunju-Mu. Agar aku dapat membuatnya tersenyum. Bisikku dalam hati.
“yans,peluklah aku. Aku kedinginan sekali.” Pinta elvita dengan suara pelan.
“aku akan selalu disini, el. Disampingmu.” Bisikku pelan sambil memeluk tubuhnya.sesekali kukecup lembut keningnya sambil kubelai rambutnya.
Entah berapa lama aku memeluk dan mendekapnya serta membelainya.yang jelas saat aku sadar,seorang suster menghampiri sambil berucap.
“maaf ya, waktunya makan untuk pasien.”
“biarkan aku yang menyuapinya, suster.simpan saja dulu disitu.” Tukasku sambil menunjuk kearah meja kecil.dan kulihat sang suster berlalu keluar.ngga berapa lama toni datang menghampiriku.
“bagaimana keadaannya,yans?” Tanya toni pelan.
“entahlah,” tukasku pendek.
“El, gimana dah baikan?” Tanya toni pada elvita.sementara kulihat elvita hanya menggeleng lemas.
“makan dulu ya?”tawarku sambil meraih makanan yang ada dimeja kecil.
“ngga mau,” geleng elvita.
“jangan begitu,el.”
“aku ngga lapar,”
“sedikit saja,biar perut kamu tidak terlalu kosong.” Ucapku lembut.namun apa yang terjadi,baru satu suap elvita sudah memuntahkannya kembali.
“yans, aku ngga bisa.” Ucapnya kemudian.
“kenapa,el?” tanyaku bingung.
“aku ngga kuat.rasanya pahit sekali.” Jawabnya pelan seraya diiring tetes bening yang mengalir membasahi pipinya.
“ya udah. Kamu minum aja dulu.” Tukasku kemudian sambil menyendoki air dalam gelas dan kemudian menyuapinya sesendok demi sesendok sampai akhirnya elvita mengatakan cukup. Ada perih yang teramat sangat direlung hati ini.melihat keadaan elvita yang seperti ini.tak terasa ada tetes bening kembali merembes disudut kelopak mataku.aku teramat getir membayangkan keadaan elvita saat ini.
“yans, aku keluar dulu sebentar.” Ucap toni mengusik lamunanku.
“mau kemana, ton?”
“mau beli makanan dulu.”
“jangan lama,ton.” Pintaku.
“tenang saja. Sebentar aku balik lagi.” Sergah toni sambil berlalu dari hadapanku.sementara aku hanya bisa melepasnya dengan tatapan kosong.
“yans,” suara panggilan elvita cukup mengagetkanku.
“ada apa, el?” tanyaku gugup.
“kamu mau Bantu aku?” Tanya elvita lirih.
“apapun akan aku lakukan,ceritakan saja,el?”
“yans, aku udah ngga kuat lagi,”
“bertahanlah. Aku tau kamu mampu.” Hiburku.
“jangan menghiburku dengan kata kata seperti itu.”
“sebenarnya apa yang harus aku lakukan untuk membahagiakanmu?” tanyaku tak mengerti.
“yans, tolong ambilkan kertas yang bisa dipakai buat nulis surat.” Pinta elvita.
“untuk apa?” tanyaku pelan.
“ambilkan saja,kalau memang kamu sayang sama aku.dan tolong nanti kamu tulis apa yang aku ucapkan.”
“baiklah,aku akan lakukan kalau itu sudah bisa cukup membuatmu lega dan bahagia.” Ucapku kemudian.
“kita mulai,yans.”
“silahkan, aku sudah siap.” Tuturku pelan.berusaha tidak menujukan kepedihan apa apa.sedikit kutundukan wajahku,agar dia tak melihat nyata apa yang terlukis diwajahku. sungguh didalam hati ini ada rasa sesak,pedih sakit serta sedih yang teramat sangat.malam ini bagiku seperti malam yang kosong.mungkin dilangit sana rembulan dan bintangpun bersembunyi dibalik kepedihan dan kesedihan yang aku rasakan juga.

“Teruntuk mama tersayang…”
Mama, entah kata apa yang pantas,el ucapkan.namun berikanlah maafmu untuk anakmu ini.maaf atas segala apa yang el perbuat. El terlalu sering mengecewakan bahkan mungkin melukai mama. Saat ini el baru sadar, kalau apa yang selama ini el perbuat sangat mengecewakan mama. Bahkan menghancurkan hidup el sendiri. Saat ini, saat el terbaring tak berdaya. El masih dapat merasakan perih serta sakit pada diri mama. Dan itu semua, el yang menorehkan…

Sejenak aku lihat elvita menghentikan ucapannya.kulihat buliran bening membasahi pipinya.aku diam tanpa mampu berbuat apa apa. Lidahku kelu,sementara hatiku terasa tertusuk benda tajam sampai pada ahirnya elvita melanjutkan kembali ucapannya.

“Mama, saat inipun el baru sadar.ternyata kehidupan yang el jalani ini bukan hanya mengecewakan mama. Ada sosok lain yang merasakan kekecewaan yang sama seperti yang mama rasakan. Sosok yang sama pedulinya,yang sama sayangnya terhadap,el. Seperti rasa cinta dan rasa sayang yang mama berikan untuk el.
“mama, saat ini el akan pergi lebih jauh dari hari hari kemarin. Dan itu berarti el tak akan kembali lagi. El hanya minta, mama mau memaafkan el. Dan mengikhlaskan kepergian el…..

“salam hormat dan sayang dari anakmu,
Elvita puspasari….

Kulihat elvita terdiam.pandangannya begitu kabur.dan aku hanya bisa menarik nafas berat.dan tanpa aku sadari, elvita meraih tanganku seraya berucap.
“yans, alamat serta nomor telpon mamaku ada dirumah nenek.dibawah tempat tidurku. Aku sayang kamu,yans.tersenyunmlah untukku.aku ingin pergi dengan membawa senyummu.” Hatiku sungguh giris mendengar penuturannya.kugenggam erat jemari tangannya.
“o iya, yans. Tolong kamu terima dan simpan ini.” Ucap elvita lagi sambil menyodorkan sebuah kotak kecil kepadaku.
“El, aku akan tersenyum untukmu.tapi aku mohon jangan kamu ucapkan kata “pergi”. Aku ingin selalu bersamamu, El.”
“yans, itu memang menjadi bagian dari mimpiku.dari harapanku.tapi aku tetap akan pergi.”
“kamu akan meninggalkanku?! Jangan lakukan itu, el.” Ucapku lirih.kulihat elvita menggeleng seraya berucap.
“selamat tinggal, yans…..,ucap elvita pelan dan terputus putus diiringi dengan sebuah senyum. Sebuah senyum yang cukup menyimpan misteri.
“tidak..!!!! “ teriakku histeris.
“bangun, el,”
“yans, kuatkan hatimu,” toni muncul dari balik pintu.
“Dia…,dia ninggalin aku, ton.”
“sudahlah, yans. Ini semua sudah menjadi kehendak Tuhan.” Tutur toni.
“Tapi, ton.dia memintaku tersenyum.dan belum sempat aku tersenyum, dia sendiri yang tersenyum sambil mengucapkan kalimat selamat tinggal, ton…ton, aku tidak sanggup.”
“sudahlah,yan. Aku ngerti. Tabahkan hatimu. Serahkan semuannya pada yang kuasa.” Tutur toni mencoba menenangkan hatiku.sementara aku hanya mampu diam dalam kepiluan serta kepedihan yang teramat dalam. Tuhan, semuanya memang kehendak-Mu. Tapi kenapa mesti kepadaku Engkau tuliskan garis ini? Kenapa disaat kebahagiaan akan kembali kuraih,Engkau membuatku meneteskan tangis yang cukup menyakitkan ini? Tapi sudahlah, semua ini memang sudah menjadi kehendak-Mu. Walau sebenarnya aku belum cukup kuat untuk menghadapi ini.
Suasana dipemakaman begitu pilu.nampak kedua orangtua elvita dengan raut wajah yang penuh duka.terlebih dengan mamanya yang begitu terlihat sangat kehilangan elvita. Sementara aku ditemani toni menaburkan bunga dipusaranya.tetes bening seperti enggan berhenti terus mengalir membasahi kedua pipiku.sesaat bayangan elvita hadir dalam benakku. Dia tersenyum menggapai tanganku. Namun dia tak berhasil meraihnya. Aku coba membalas senyumannya.sebuah senyum yang penuh garis garis lara. Apa benar yang diucapkan dokter Hendry?tentang penyebab kematian elvita? Yang katanya itu akibat dari narkoba.permukaan jantung sebelah bawah membusuk akibat dari zat zat racun yang ada pada barang haram yang dikonsumsinya itu.dan kemungkinan kata dokter, itu karena elvita mengkonsumsi barang itu dengan cara mengkombinasi jenis jenis barang tersebut.
“yans, mari kita pulang?” suara toni membuyarkan semua lamunanku.
“aku masih ingin disini menemani elvita.”
“sudahlah,yans. Dia sekarang sudah damai disisi Tuhan.”
“ton, kenapa ini harus menimpaku?”
“Tuhan sedang mengujimu, yans.dan bukan kamu saja yang kehilangan, akupun sangat kehilangan.” Tutur toni pelan.sementara aku hanya berdiri membisu.dan tanpa disadari spontan tanganku merogoh saku jaketku.
kudapatkan Sebuah kotak kecil yang semalam disodorkan elvita kepadaku,kubuka kotak itu.dan sungguh aku terpana.ada sedih,haru dan segala rasa bercampur menjadi satu.sebuah liontin berbentuk hati.dan ada gambarku dengannya.
Ohh,..
kedua mataku yang baru saja sedikit reda dari tangis,kembali mengembun.
Senyuman terahir, sebuah senyuman terahir serta kotak kecil istimewa membuatku bisu mematung menatap pusaranya….
Aku masih mencintaimu, Bidadariku. Aku masih sangat menyayangimu.Bagaimana denganmu? Jika iya,kenapa kamu ninggalin aku? Dadaku bertambah sesak. ah seharusnya tak perlu terlontar kata kata itu.
kenapa aku seperti menyalahkan takdir. Seharusnya aku yakin bahwa Tuhan memiliki maksud di setiap rencana-NYA. Dia juga pastilah memiliki suatu rencana dengan menempatkan aku di sini. Dia jauh lebih tahu apa yang terbaik buatku melebihi diriku sendiri.

Untuk bidadariku yang telah
Pergi
Tak tahu aku,
Apa akan ada lagi yang seperti kamu?
Biar aku tenggelam dalam waktu…
Mengenangmu,
Tetap menyimpan namamu dalam lembar kenanganku
Tentangmu,
Tentang cinta sebait yang kita jalani.

Seperti pintamu,
Aku akan tersenyum
Untuk ikhlas….

Bidadariku,
Doaku smoga kau damai disisi Tuhan
Kau dapatkan tempat yang layak disisi-Nya
Amiiin…….