Selasa, 07 September 2010

Adelia

Ya Allah…..,ramadhan-Mu sebentar lg berlalu. Hari kemenangan kan kembali ku jelang.tidak terasa sudah delapan kali ramadhan dan mungkin lebaran aku harus menghela nafas sesak dan berat. Bagaimana tidak, ini yang kedelapan kalinya aku harus dihadapkan pada kerinduan akan sahabatku. adelia…,gadis yang pernah bermain dalam hari hariku,mengisi ruang hidupku.pelepas dahagaku saatku haus,kanvas putihku saatku melukis rindu,lembar putihku saatku bercerita tentang kegelisahan bahkan kebahagiaan. Tidak akan ada disisiku lagi.hanya untuk sekedar berbagi kebahagian saja dan mengucap kata maaf dihari lebaran yang tinggal beberapa hari lagi. Entah dimana dia sekarang.aku sudah tidak pernah mendapatkan kabarnya lagi.komunikasi kita terputus begitu saja.tapi aku tidak pernah menganggap persahabatan ini telah berakhir.aku masih menyimpan harapan,bahwa suatu hari nanti kita akan bisa bersama lagi.berbagi suka,duka,tawa,canda dan saling bercerita.



2002 lebaran yang dibalut gerimis

“Yan..,aku harus pergi.” ucapnya suatu hari.

“Kemana?” sergahku.

“keluargaku akan pindah.”

“Iya tapi, kemana?”

“jogyakarta.”

“Harus sejauh itukah?” Tanyaku parau.

“Aku pasti akan selalu ngabarin kamu,”

“Aku tau.”

“Yan, percayalah. Aku ngga akan melupakan kamu.” adelia berusaha meyakinkanku.

“Terus gimana dengan kuliah kamu?”sergahku.

“Ya pindah juga kesana.” Sahut adelia.

“Aku akan sangat kehilangan kamu.” Ucapku lirih sambil tertunduk.aku sadar tidak mungkin mencegahnya untuk tetap bertahan disini.hatiku giris menerima kenyataan itu.kehilangan dia bukan hal yang mudah buatku.terlalu banyak kenangan indah bersama dia.tapi apa dayaku.itu sudah menjadi keputusannya.aku hanya bisa berharap. Persahabatan ini tidak akan berahir hanya karena jarak yang membentang.
Waktu begitu cepat bergulir tanpa mampu aku hambat lajunya .tidak terasa sebentar lagi lebaran.aku menarik nafas dalam.menerawang,menatap langit langit kamarku.bayangan wajah adelia terlihat jelas.tersenyum dan menari dipelupuk mataku.sedikit demi sedikit ingatanku tentangnya kembali bermunculan.

“Bang.., ada Tissu ga?” suara gadis dibelakangku.
“Ada non.”

“Berapaan bang?” Tanyanya kemudian.

“Seribu perak, Non.” Sergahku sambil menyodorkan Tissu yang dimaksud.gadis itupun menerimanya sambil menyodorkan selembar lima ribuan.

“Aduh, non. Belum ada kembalian.baru jualan nih.belum dapat penglaris.bisa tolong uang pas saja.” Harapku yang memang kebetulan saat itu aku baru keluar.pagi jam tujuh tiga puluh.

“Kalau gitu simpan saja kembaliannya.nanti besok besok juga kita ketemu lagi. Abang biasa jualan disini kan?” Tanya gadis itu kemudian. Aku hanya mengangguk. Hari hari berikutnya gadis itu jadi semakin sering bertemu denganku sampai pada ahirnya Dia memperkenalkan namanya. Dengan alasan ngga mau denger lagi aku memanggil “Non”. Ya…Adelia, nama yang cukup cantik sesuai dengan parasnya.dari pengakuannya aku bisa menangkap kalau dia adalah anak orang berada.sementara aku. Hanya seorang pedagang asongan disebuah lampu merah jalan Jakarta kota kembang Bandung. Hari demi hari berlalu.entah siapa yang memulai.yang jelas, keakraban makin terjalin antara aku dengan Adelia. Dan terjalinlah sebuah persahabatan. Ya…persahabatan yang bagiku sangat berarti.

“Yan. Ada kalanya waktu memberi kesempatan buat kita gapai cita. Tapi, adakalanya kita juga harus mengalah pada sang waktu.dan bisa menerima kenyataan.”

“Aku tau, Lia..”

“Terus. Kenapa kamu bersikap seperti ini?”

“Kamu ngga malu berteman denganku?”

“Kenapa harus malu, Yan?” Adelia balik bertanya.

“Kamu kan anak orang kaya.sedangkan aku..,Cuma pedagang asongan yang dekil,kucel dan bau lagi.”

“Harus berapa kali aku bilang sama kamu. Singkirkan semua perasaan yg ngga jelas itu.bukan baru kemarin sore kan kita saling mengenal dan bersama sama? Sudah tahunan, Yan. Kamu ingat itu.” Tukas adelia saat itu . aku tersenyum sendiri didalam ruangan kamarku yang pengap.lalu perlahan tanganku meraih selembar surat yg tergeletak diatas meja kecilku. Surat pertama dari adelia yang hampir setiap hari atau malam selalu aku baca berulang ulang. Sebelas januari 2003. aku menerima surat pertama adelia tanpa sebuah alamat yang jelas.disitu hanya ditulis kota jogyakarta. Yang jelas disitu Dia banyak bercerita tentang suka dukanya memperoleh kawan. Dan Dia juga ungkapkan tentang kesepiannya.tentang rasa kangennya terhadapku. Saat itu aku memujinya. Bahwa adelia tidak berubah,Dia tetap seperti adelia yang aku kenal dulu. Ceria, manja dan juga lembut.



Suatu hari disenja yang sedikit berkabut. Adelia pernah memintaku datang ketempat kita berdua biasa bertemu.disebuah tempat yang cukup jauh dari keramaian.sebuah tempat yang cukup indah dan menyimpan banyak kenangan tentang aku dan adelia. “Yan, met ultah ya,” ucapnya saat itu.sementara aku hanya bisa tersipu malu dan begitu takjub. Ternyata kamu ingat sekali hari ultahku. Belum lagi dengan hadiah hadiah yang kamu berikan untukku setiap mau lebaran. “Yan. Coba kamu pakai baju ini.cocok ga?” pintanya suatu hari. “Kamu terlalu baik, Lia. Ini bukan yang pertama kamu ngasih hadiah buatku.” Ucapku dengan senyum girang.sebuah baju muslim serta sajadah dan kopiah.yang aku tau harganya pasti mahal.sampai saat ini semua itu masih tersimpan rapi dilemariku.aku sudah tak bisa memakainya lagi.karna postur tubuhku yang mungkin bertambah besar.jadi semua pakaian itu sudah nampak kecil.tapi aku tak pernah berniat untuk menyingkirkannya atau memberikannya pada orang lain.aku tetap menyimpannya bersama dengan sejuta kenangan tentangnya.



“Lusa kan lebaran,Yan. Gimana kalau sore ini kita buka puasa bersama dirumahku?” ucap adelia suatu hari.

“Aku malu sama keluarga kamu,”

“Kenapa harus malu? Kan kamu dah beberapa kali ketemu mereka.”

“Entahlah, aku Cuma merasa seperti itu aja.” Ujarku hati hati.

“Pokoknya ngga ada alasan. Sore ini kita buka puasa bersama.” Sergah adelia kemudian.

“Aku usahakan,”

“Harus..! nanti aku jemput sekitar jam lima ke kontrakan kamu.”

“Ya udah terserah kamu saja,” akhirnya aku mengalah.walau sebenarnya aku benar benar bingung.bagiku dia terlalu baik.setidaknya aku harus tau diri, bahw siapa diriku ini? Aku hanya seorang anak jalanan yang terdampar dari satu sudut kota kekota lainnya.hingga pada ahirnya aku mencoba bertahan di kota bandung dengan cara berjualan asongan.satu harapanku ingin segera punya uang agar aku bisa melanjutkan lagi sekolahku.setidaknya aku bisa sampai sma.kalau mengingat umur sih seharusnya aku sudah tamat sma dari beberapa tahun yang lalu.tapi apa boleh buat,keadaan yang memaksaku seperti ini.



Samar samar lewat celah celah jendela kamarku terdengar suara adzan magrib. alhamdulillah tidak terasa adzan magrib sudah berkumandang.membuyarkan semua lamunanku tentang adelia. Hmmm..,waktunya buka puasa nih. Gumanku dalam hati sambil beranjak dari tempat tidurku untuk segera berbuka puasa dan dilanjutkan dengan sholat magrib. Ya Allah…terimakasih atas segala nikmat yang Engkau berikan pada Hamba. Terimakasih Ya Allah.., Tidak terasa puasa tinggal beberapahari lagi.dan itu artinya lebaran akan tiba.cepat sekali waktu berjalan. Met buka puasa adelia….,bisikku lirih dalam hati.



Malam begitu pekat.bintang yang biasanya ramai bercengkrama dilangit tidak nampak satupun.sementara aku…,sepulang sholat tarawih kembali merebahkan tubuh di tempat tidur.entah apa yang berkecamuk dalam pikiranku? Aku hanya merasa ada sesuatu yang sangat mengganggu pikiranku.namun akupun enggan menyingkirkannya.dan tanpa aku sadari bayangan adelia kembali menghampiri.semua begitu teramat nyata.bagaimana aku mengenalnya,bagaimana aku melalui hari bersamanya?sampai pada ahirnya kita harus terpisah oleh jarak dan waktu.selintas ingatanku tertuju pada penggalan suratnya… O..ia saat ini aku lagi relaxing (baru nyampe….jam 17.37 wibb,- karena bis panitia health division check outnya paling ahir) alhamdulillah pelaksanaan berjalan lancar. Lumayan capek,Yan. Belum lagi besok masuk pagi, sore full time…. Jam 07.00 – 08.40 ada structure III Jam 08.40 – 10.20 ada speaking III Jam 10.30 - 12.00 ada writing III Jam 12.30 - 14.20 ada reading III . Pokoknya padat banget, Yan. Makanya saat ini sambil nulis surat aku lagi asyik nyantai ditemenin “ The coors “ – All my love in the world I Really like that song very much…. Ini alamat emailku,Yan. Siapa tau suatu saat kamu memerlukannya. Pink-adelia3r@yahoo.co.id Itu yang kubaca.



Itulah bagian isi suratnya yang aku baca secara acak. Namun setelah itu, aku tidak pernah mendapat lagi kabar tentangnya.entah apa yang terjadi? Aku tidak pernah tau. Aku Cuma bisa berharap dan berdoa, bahwa adelia baik baik saja. Suatu saat aku memberanikan diri mengiriminya sebuah surat melalui alamat email yang pernah dia berikan padaku disuratnya.



Lia…,aku ngga tau apakah kamu akan membaca ini atau tidak? Aku hanya ingin tanyakan beberapa hal terhadapmu. Persahabatan…,sebenarnya itu memiliki arti yang bagaimana? Apakah luka,apakah sepi arti yang sebenarnya? Atau apakah penantian sia sia bukti dari semua ini? Aku bingung. Dengan apa yang sekarang tengah terjadi dalam hidupku Atau mungkin aku yang terlalu berharap lebih pada persahabatan kita ini? Aku sungguh tidak tau, Lia. Yang aku tau Cuma satu hal. Bahwa kamu tidak akan pernah melupakanku. Seperti halnya aku yang juga selalu mengingatmu. Tolong..jangan kamu biarkan tanganku ini menampar wajahku sendiri.tolong jangan kamu biarkan angin dan sang waktu menertawakanku atas kecengenganku ini Jika memang aku nampak seperti lelaki yang lemah.. Aku Cuma butuh jawaban. Tentang persahabatan kita ini. Cobalah kamu kenali suara ini.suara yang selalu meneriakan kerinduan terhadapmu Cobalah kamu kenali goresan ini.goresan yang selalu menuliskan kata sahabat…sahabat dan sahabat…! Jika kamu masih mengenali semua itu.tolong kamu balas emailku ini. Lia…katakan bahwa hari hari kemarin kamu memang benar benar sibuk. Katakan bahwa persahabatan ini masih milik kita. Katakan bahwa kamupun merindukanku?!!... Jangan kamu biarkan hati ini kering karena kerinduan yang teramat sangat. Aku mohon, Lia…. Jika memang semua itu masih utuh dalam diri kamu. Dan asal kamu tau Bahwa aku disini akan selalu menunggumu. Ditempat kita biasa bertemu…



Wasalam..,

Balada Yans Amole….



NB: Sahabat…. Aku tidak pernah tau kau dmana saat ini? Aku hanya yakin satu hal Bahwa kau berbahagia

di bulan ramadhan ini dan sebentar lagi hari yang fitri tiba

Hari kemenangan kita bersama.

Satu pintaku Lepaskanlah beban dalam hati

untukmu aku ada disini ditempat ini, menanti kau kembali………

Tidak ada komentar:

Posting Komentar