Selasa, 07 September 2010

oh adelia....oh sahabatku....

Delapan tahun telah berlalu. Delapan tahun yang menjadi sebuah kisah,sebuah penantian yang tak ingin kuakhiri.bukan penantian yang mudah,tapi aku tidak mengganggapnya sulit ataupun sia sia.

Aku tau.mungkin penantian ini bisa saja tidak akan berbuah dengan pertemuan.dan pada ahirnya itu akan membuat banyak orang
berpendapat,bahwa aku telah menyianyiakan waktuku.

Maaf…,bagiku tidak…! Berujung dengan pertemuan ataupun tidak penantianku ini.aku hanya ingin melakukan keinginanku.tetap menjadi sahabatnya, ada…,ataupun tiada dirinya.



Adelia…,taukah engkau.aku sudah kesulitan membuktikan pada setiap orang yang selalu bertanya tentang kamu.apakah mereka tidak mengerti..?betapa tidak ternilainya sebuah persahabatan yang aku dapat dan pernah aku jalani denganmu.



“tiga hari lagi lebaran,Yan. Aku ingin kita bisa lebaran sama sama disini,tapi aku tetap harus pergi dari sini.aku tidak bisa mengubah keadaan ini.” Tutur adelia waktu itu.

“sudahlah.tidak perlu disesalkan.aku cukup mengerti.”

“Aku minta maaf,Yan..”

Ahh…,percakapan singkat kita yang terahir sebelum kamu pergi. Suaramu masih saja slalu terngiang sampai saat ini.segalanya seperti begitu nyata.masih utuh kurasakan.

Saat itu Ingin sekali kuteriakkan ,Jangan pisahkan kami !!!

namun aku tak berkuasa.

Adelia…,kisah kita begitu indah.masih kuingat segalanya.

Ingatkah kau ?

kita pernah melakukan segalanya bersama ,

tertawa , menangis , makan ,berlari dibawah teriknya mentari hingga dalam guyuran air hujan.



Seiring berjalannya waktu. masih utuh dalam ingatanku, Tahun pertama selepas perpisahan kita itu.tepatnya tiga hari menjelang hari raya Idul Fitri Kukirimkan sebuah goresan kerinduanku terhadapmu melalui alamat email yang pernah kamu beri.entah kamu membacanya atau tidak. Aku tidak pernah tau.



Adelia…..apakah yang tertulis ini menurutmu sebuah syair..?

Syair kesepian seorang sahabat jauhmu

Ingin menembus ruang waktu

Menerobos lembar lembar kaku sekalipun.

Penanya lemah

Tintanya dari tetesan air mata



Aku berusaha rela saat kau meninggalkanku dijalanan ini

Jalanan yang telah menjadi rumahku bertahan hidup

Rumahku yang selalu bising dengan deru mesin Rumah tempat kita pertama dipertemukan

berbagi waktu, Berbagi puisi,canda dan cerita Dalam sejuta makna

persahabatan



aku berusaha tegar memahami setiap ada derai air mata

ada tangis bila kuingat akan dirimu.

Aku tak mampu mengelak

Oh adelia…..

oh sahabatku….

Coba renungkan aku. Aku rindu padamu…..



adelia……,Saat ini. Nanti.Selamanya sampai ujung waktu

Telah terukir diprasastiku ; Engkaulah sahabatku…

Tetap sahabatku…..



Saat ini.ditempat baruku disini.kisah kita selalu aku bawa.dan seperti delapan tahun yang lalu.masih kumiliki dan tersimpan rapi hadiah yang kau berikan saat kau akan pamit pergi.sebuah baju muslim yang kau katakan untuk kupakai disaat sholat raya idul fitri.namun maafkan aku adelia, aku tidak dapat lagi memakainya.baju itu sudah kekecilan. Aku hanya bisa menyimpannya. Menyimpannya rapi dilemari tuaku.

Aku tidak tau lagi bagaimana kamu sekarang.ada dua arti yang aku simpulkan dari salam perpisahan delapan tahun yang lalu. “Sampai ketemu lagi…..,atau selamat tinggal……”

Adelia…..,ingin kucoba tersenyum.tepat dihadapanmu.mengucap selamat hari raya idul fitri.tapi itu hanya sebatas keinginan yang tak mampu terwujud.

Ahh…..,apapun itu. Aku tidak mencampakan semua kisah tentang kita .kusimpan rapi disini.dalam kotak kenangan milik kita.

Adelia….,Sejumput kenangan ini, takkan begitu saja hilang dan takkan kubiarkan hilang meski kau takkan lagi pernah datang membawakanku seutas senyuman.

Kenangan ini……sangat indah sekalipun juga lara……sedih……tapi aku mengerti,

perpisahan bukanlah kehilangan hanya batas tipis antara kisah dan kenangan…………….



Selamat hari raya idul fitri……,sahabat……

Mohon maaf lahir dan bathin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar